Hutang dalam Islam adalah perkara serius yang bisa menghalangi masuk surga. Artikel ini akan membahas bahaya hutang dalam Islam, nasihat para sahabat, hingga doa-doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ agar Allah memudahkan kita melunasinya.
Mengapa Hutang Jadi Masalah Serius dalam Islam
Dalam banyak hadis, hutang digambarkan sebagai perkara yang dapat menghalangi seseorang masuk surga. Rasulullah ﷺ bersabda: “Jiwa seorang mukmin tergantung pada hutangnya sampai hutangnya dibayarkan.” (HR. Tirmidzi, No. 1078). Hadis ini menjelaskan bahwa meskipun seseorang memiliki amal ibadah yang banyak, hutangnya akan menjadi penghalang sebelum benar-benar dilunasi. Bahkan, orang yang mati syahid pun tidak langsung masuk surga apabila masih memiliki hutang yang belum terselesaikan. Hal ini menunjukkan bahwa hutang bukan sekadar urusan duniawi, tetapi juga memiliki konsekuensi besar di akhirat.
Sayangnya, sebagian orang meremehkan hutang, bahkan menjadikannya gaya hidup dengan alasan gengsi atau sekadar memenuhi keinginan. Padahal, para sahabat dan ulama salaf memberikan peringatan keras agar umat Islam berhati-hati dalam masalah hutang.
Nasehat Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu tentang Hutang
Kisah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu yang Menolak Berhutang, Diriwayatkan bahwa suatu ketika, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu hendak membeli kendaraan, dilain riwayat membeli daging, lalu ia bertanya tentang harganya. Setelah mengetahui harganya, ia membatalkan niatnya karena tidak memiliki uang. Ada yang berkata kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, Anda bisa berhutang.” Lalu Umar menjawab:
أَكُلَّمَا اشْتَهَيْتُ شَيْئًا اشْتَرَيْتُهُ؟ أَفَأَكُونُ إِذًا عَبْدًا لِهَوَايَ؟ أَتُرَكُ نَفَقَةَ عِيَالِي لِيَكُونَ عَلَيَّ الدَّيْنُ؟ أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَصْبِرَ عَلَى جُوعٍ يَوْمًا فَيُخَلِّصَ نَفْسَهُ مِنَ الدَّيْنِ؟
“Apakah setiap kali aku menginginkan sesuatu, aku harus membelinya? Apakah aku ingin menjadi budak hawa nafsuku? Apakah aku akan meninggalkan nafkah keluargaku hanya untuk menambah hutang atas diriku? Tidak mampukah kalian bersabar dari rasa lapar sehari saja untuk menyelamatkan diri dari hutang?”
Lihatlah bagaimana seorang pemimpin besar umat ini begitu takut terhadap hutang. Ia lebih memilih bersabar daripada terjerat beban dunia dan akhirat.
“Hindarilah hutang, karena sesungguhnya awalnya adalah kegelisahan dan akhirnya adalah peperangan.”
Banyak kasus perselisihan, pertengkaran, bahkan pembunuhan yang berawal dari hutang. Awalnya, seseorang berhutang karena merasa ringan, namun akhirnya ia menjadi “tawanan hutang” yang selalu dikejar-kejar.
Doa agar Terhindar dari Hutang
Rasulullah ﷺ sering berdoa memohon perlindungan dari lilitan hutang. Salah satu doa yang beliau baca:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan dari hutang.” (HR. Abu Dawud)
Ketika ditanya mengapa beliau sering meminta perlindungan dari hutang, Nabi ﷺ menjawab bahwa hutang bisa menjerumuskan seseorang pada dosa, seperti berbohong, menunda janji, dan mengingkari amanah.
Doa Agar Dimudahkan Melunasi Hutang
Selain itu, Rasulullah ﷺ juga mengajarkan doa khusus agar Allah membantu hamba-Nya dalam melunasi hutang:
اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Artinya: “Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezeki halal-Mu dari yang haram, dan kayakanlah aku dengan karunia-Mu dari selain-Mu.”
Doa ini sangat dianjurkan dibaca ketika merasa terbebani hutang. Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa siapa yang berhutang dengan niat sungguh-sungguh untuk melunasi, maka Allah akan menolongnya. Sebaliknya, siapa yang berniat tidak melunasi, maka Allah akan menghancurkan hidupnya. (HR. Bukhari dan Ibnu Majah)
Hutang dan Warisan dalam Islam
Islam juga menekankan dalam surah (QS. An-Nisa: 11). Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Untuk kedua orang tua, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua orang tuanya (saja), ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, ibunya mendapat seperenam. (Warisan tersebut dibagi) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan dilunasi) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Oleh karena itu, melunasi hutang orang tua atau keluarga yang sudah wafat adalah bentuk bakti sekaligus menyelamatkan mereka dari azab dan menyelamatkannya dari panas siksaan api neraka.
Hikmah Menghindari Hutang
- Menjaga kehormatan diri – orang yang terbebas dari hutang hidupnya lebih tenang.
- Menghindari dosa – hutang sering mengantarkan pada kebohongan dan ingkar janji.
- Membebaskan diri di akhirat – dengan tidak berhutang, seseorang terhindar dari penghalang menuju surga.
- Menjaga hubungan sosial – hutang sering menimbulkan konflik dalam keluarga maupun pertemanan.
Kesimpulan
Hutang dalam Islam bukanlah perkara ringan. Rasulullah ﷺ, para sahabat, dan para ulama telah memperingatkan umat agar tidak meremehkan hutang. Jika terpaksa berhutang, pastikan memiliki niat yang kuat untuk melunasi, keyakinan mampu membayar, dan hanya untuk kebutuhan yang dibenarkan syariat.
Jadikan doa Rasulullah ﷺ sebagai pegangan, dan selalu memohon pertolongan Allah agar dimudahkan dalam melunasi setiap hutang. Ingatlah dari Uqbah bin Amir Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لا تُخِيفوا أنفُسَكم بعْدَ أَمْنِها. قالوا: وما ذاكَ يا رسولَ اللهِ؟ قال: الدَّيْنُ
“‘Jangan kalian meneror diri kalian sendiri, padahal sebelumnya kalian dalam keadaan aman.’ Para sahabat bertanya, ‘Apakah itu, wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Itulah hutang!’ (HR. Ahmad [4/146], At-Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir [1/59])
Maka berhati-hatilah, karena hidup bebas dari hutang adalah salah satu jalan menuju surga.


